Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan pendidikan nasional yang amat berat saat ini, mau tidak mau pendidikan harus dipegang oleh para manajer dan pemimpin yang sanggup menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang ada, baik pada level makro maupun mikro di sekolah.
Merujuk
pada pemikiran Rodney Overton (2002) tentang profil manajer dan
pemimpin yang dibutuhkan saat ini, berikut ini diuraikan secara
singkat tentang 20 profil manajer dan pemimpin pendidikan yang yang
dibutuhkan saat ini.
1.
Mampu menginspirasi melalui antusiasme yang menular.
Pendidikan
harus dikelola secara sungguh-sungguh, oleh karena itu para manajer
(pemimpin) pendidikan harus dapat menunjukkan semangat dan
kesungguhan di dalam melaksanakan segenap tugas dan pekerjaanya.
Semangat dan kesungguhan dalam bekerja ini kemudian ditularkan kepada
semua orang dalam organisasi, sehingga mereka pun dapat bekerja
dengan penuh semangat dan besungguh-sungguh.
2.
Memiliki standar etika dan integritas yang tinggi.
Penguasaan
standar etika dan integritas yang tinggi oleh para manajer atau
pemimpin pendidikan tidak hanya terkait dengan kepentingan
kepemimpinan dalam organisasi, namun juga tidak lepas dari hakikat
pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha untuk menciptakan
manusia-manusia yang memiliki standar etika dan kejujuran yang
tinggi. Oleh karena itu, pendidikan sudah seharusnya dipegang oleh
para manajer (pemimpin) yang memiliki standar etika dan kejujuran
yang tinggi, sehingga pada gilirannya semua orang dalam organisasi
dapat memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi.
3.
Memiliki tingkat energi yang tinggi.
Mengurusi
pendidikan sebenarnya bukanlah mengurusi hal-hal yang sifatnya
sederhana, karena didalamnya terkandung usaha untuk mempersiapkan
suatu generasi yang akan mengambil tongkat estafet kelangsungan suatu
bangsa.di masa yang akan datang. Kegagalan pendidikan adalah
kegagalan kelanjutan suatu generasi. Untuk mengurusi pendidikan
dibutuhkan energi dan motivasi yang tinggi dari para manajer dan
pemimpin pendidikan. Pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang
memiliki ketabahan, daya tahan (endurance) dan pengorbanan
yang tinggi dalam mengelola pendidikan.
4.
Memiliki keberanian dan komitmen
Saat
ini pendidikan dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah-ubah,
yang menuntut keberanian dari para manajer (pemimpin) pendidikan
untuk melakukan perubahan-perubahan
agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
ada. Selain itu, pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang
memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaannya. Kehadirannya sebagai
manajer (pemimpin) benar-benar dapat memberikan kontribusi yang
signifikan bagi kemajuan organisasi, yang didasari rasa kecintaannya
terhadap pendidikan.<
5.
Memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan bersikap
nonkonvensional.
Saat
ini permasalahan dan tantangan yang dihadapi pendidikan sangat
kompleks, sehingga menuntut cara-cara penyelesaian yang tidak mungkin
hanya dilakukan melalui cara-cara konvensional. Manajer (pemimpin)
pendidikan yang memiliki kreativitas tinggi akan mendorong terjadinya
berbagai inovasi dalam praktik-praktik pendidikan, baik pada tataran
manjerialnya itu sendiri maupun inovasi dalam praktik pembelajaran
siswa.
6.
Berorientasi pada tujuan, namun realistis<
Tujuan
pendidikan berbeda dengan tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lainnya.
Oleh karena itu, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memahami
tujuan-tujuan pendidikan. Di bawah kepemimpinnanya, segenap usaha
organisasi harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan dengan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen beserta seluruh substansinya.
Pencapaian tujuan pendidikan disusun secara realistis, dengan
ekspektasi yang terjangkau oleh organisasi, tidak terlalu rendah dan
juga tidak terlalu tinggi.
7.
Memiliki kemampuan organisasi yang tinggi
Kegiatan
pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan banyak komponen, yang di
dalamnya membutuhkan upaya pengorganisasian secara tepat dan memadai.
Bagaimana mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada, bagaimana
mengoptimalkan kurikulum dan pembelajaran, bagaimana mengoptimalkan
sumber dana, dan bagaimana mengoptimalkan lingkungan merupakan
hal-hal penting dalam pendidikan yang harus diorganisasikan
sedemikian rupa, sehingga menuntut kemampuan khusus dari para manajer
(pemimpin) pendidikan dalam mengorganisasikannya.
8.
Mampu menyusun prioritas
Begitu
banyaknya kegiatan yang harus dilakukan dalam pendidikan sehingga
menuntut para manajer (pemimpin) pendidikan untuk dapat memilah dan
memilih mana yang penting dan harus segera dilaksanakan dan mana yang
bisa ditunda atau mungkin diabaikan. Kemampuan manajer (pemimpin)
pendidikan dalam menyusun prioritas akan terkait dengan efektivitas
dan efisiensi pendidikan.
9.
Mendorong kerja sama tim dan tidak mementingkan diri sendiri, upaya
yang terorganisasi.
Kegiatan
dan masalah pendidikan yang sangat kompleks tidak mungkin
diselesaikan secara soliter dan parsial. Manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, baik yang
berada dalam lingkungan internal maupun eksternal. Demikian pula,
manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mendorong para bawahannya
agar dapat bekerjasama dengan membentuk team
work yang
kompak dan cerdas, sekaligus dapat meletakkan kepentingan organisasi
di atas kepentingan pribadi.
10.
Memiliki kepercayaan diri dan memiliki minat tinggi akan pengetahuan.
Masalah
dan tantangan pendidikan yang tidak sederhana, menuntut para manajer
(pemimpin) pendidikan dapat memiliki keyakinan diri yang kuat. Dalam
arti, dia meyakini bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kesanggupan
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dia juga memiliki
keyakinan bahwa apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum, sosial, moral maupun intelektual. Keyakinan diri yang
kuat bukan berarti dia lantas menjadi seorang yang “over
confidence”, mengarah pada sikap arogan dan menganggap sepele
orang lain.. Di samping itu, sudah sejak lama pendidikan dipandang
sebagai kegiatan intelektual. Oleh karena itu, seorang manajer
(pemimpin) pendidikan harus dapat menunjukkan intelektualitas yang
tinggi, dengan memiliki minat yang tinggi akan pengetahuan, baik
pengetahuan tentang manajerial, pengetahuan tentang perkembangan
pendidikan bahkan pengetahuan umum lainnya.
11.
Sesuai dan waspada secara mental maupun fisik.
Tugas
dan pekerjaan manajerial pendidikan yang kompleks membutuhkan
kesiapan dan ketangguhan secara mental maupun fisik dari para manajer
pendidikan. Beban pekerjaan yang demikian berat dan diluar kapasitas
yang dimilikinya dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Agar
dapat menjalankan roda organisasi dengan baik, seseorang manajer
(pemimpin) pendidikan harus dapat menjaga dan memelihara kesehatan
fisik dan mentalnya secara prima. Selain itu, manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat memperhatikan kesehatan mental dan fisik dari
seluruh anggota dalam organisasinya.
12.
Bersikap adil dan menghargai orang lain.
Dalam
organisasi pendidikan melibatkan banyak orang yang beragam
karakteristiknya, dalam kepribadian, keyakinan, cara pandang,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sebagainya. Kesemuanya itu
harus dapat diperlakukan dan ditempatkan secara proporsional oleh
manajer (pemimpin). Manajer (pemimpin) pendidikan harus memandang dan
menjadikan keragaman karakteristik ini sebagai sebuah kekuatan dalam
organisasi, bukan sebaliknya.
13.
Menghargai kreativitas
Untuk
meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sentuhan kreativitas dari
semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya menajer (pemimpin)
yang dituntut untuk berfikir kreatif, tetapi semua orang dalam
organisasi harus ditumbuhkan kreativitasnya. Pemikiran kreatif
biasanya berbeda dengan cara-cara berfikir pada umumnya. Dalam hal
ini, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mengakomodasi
pemikiran-pemikiran kreatif dari setiap orang dalam organisasi, yang
mungkin saja pemikiran-pemikiran itu berbeda dengan sudut pandang
yang dimilikinya.
14.
Menikmati pengambilan resiko.
Tatkala
keputusan untuk berubah dan berinovasi telah diambil dan segala
resiko telah diperhitungkan secara cermat. Namun dalam
implementasinya, tidak mustahil muncul hal-hal yang berasa di luar
dugaan sebelumnya, maka dalam hal ini, manajer (pemimpin) pendidikan
harus tetap menunjukkan ketenangan, keyakinan dan berusaha
mengendalikan resiko-resiko yang muncul. Jika memang harus berhadapan
dengan sebuah kegagalan, manajer (pemimpin) pendidikan harus tetap
dapat menunjukkan tanggung jawabnya, tanpa harus mencari kambing
hitam dari kegagalan tersebut. Selanjutnya, belajarlah dari
pengalaman kegagalan tersebut untuk perbaikan pada masa-masa yang
akan datang.
15.
Menyusun pertumbuhan jangka panjang
Kegiatan
pendidikan bukanlah kegiatan sesaat, tetapi memiliki dimensi waktu
yang jauh ke depan. Seorang manajer (pemimpin) pendidikan memang
dituntut untuk membuktikan hasil-hasil kerja yang telah dicapai pada
masa kepemimpinannya, tetapi juga harus dapat memberikan landasan
yang kokoh bagi perkembangan organisasi, jauh ke depan setelah dia
menyelesaikan masa jabatannya. Kecenderungan untuk melakukan praktik
“politik bumi hangus” harus dihindari. Yang dimaksud dengan
“politik bumi hangus” disini adalah praktik kotor yang dilakukan
manajer (pemimpin) pendidikan pada saat menjelang akhir jabatannya,
misalnya dengan cara menghabiskan anggaran di tengah jalan, atau
merubah struktur organisasi yang sengaja dapat menimbulkan chaos
dalam organisasi, sehingga mewariskan masalah-masalah baru bagi
manajer (pemimpin) yang menggantikannya.
16.
Terbuka terhadap tantangan dan pertanyaan.
Menjadi
manajer (pemimpin) pendidikan berarti dia akan dihadapkan pada
sejumlah tantangan dan permasalahan yang harus dihadapi, merentang
dari yang sifatnya ringan hingga sangat berat sekali. Semua itu bukan
untuk dihindari atau ditunda-tunda tetapi untuk diselesaikan secara
tuntas.
17.
Tidak takut untuk menantang dan mempertanyakan.
Selain
harus mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sudah ada (current
problems) secara tuntas, seorang manajer (pemimpin) pendidikan
harus memiliki keberanian untuk memunculkan tantangan dan
permasalahan baru, yang mencerminkan inovasi dalam organisasi. Dengan
demikian, menjadi manajer (pemimpin) pendidikan tidak hanya sekedar
melaksanakan rutinitas dan standar pekerjaan baku, tetapi memunculkan
pula sesuatu yang inovatif untuk kemajuan organisasi.
18.
Mendorong pemahaman yang mendalam untuk banyak orang.
Kegiatan
pendidikan menuntut setiap orang dalam organisasi dapat memahami
tujuan, isi dan strategi yang hendak dikembangkan dalam organisasi.
Manajer (pemimpin) pendidikan berkewajiban memastikan bahwa setiap
orang dalam organisasi dapat memahaminya secara jelas, sehingga
setiap orang dapat memamahi peran, tanggung jawab dan kontribusinya
masing-masing dalam organisasi. Selain itu, manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat mengembangkan setiap orang dalam organisasi
untuk melakukan perbuatan belajar sehingga organisasi pendidikan
benar-benar menjadi sebuah learning organization.
19.
Terbuka terhadap ide-ide dan pandangan baru.
Pandangan
yang keliru jika pendidikan dipandang sebagai sebuah kegiatan monoton
dan rutinitas belaka. Pendidikan harus banyak melahirkan berbagai
inovasi yang tidak hanya dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan itu
sendiri tetapi juga kepentingan di luar pendidikan. Untuk dapat
melahirkan inovasi, manajer (pemimpin) pendidikan harus terbuka
dengan ide-ide dan pandangan baru, baik yang datang dari internal
maupun eksternal, terutama ide dan pandangan yang bersumber dari para
pengguna jasa (customer) pendidikan.
20.
Mengakui kesalahan dan beradaptasi untuk berubah.
Asumsi
yang mendasarinya adalah manajer (pemimpin) pendidikan adalah
manusia, yang tidak luput dari kesalahan. Jika melakukan suatu
kesalahan, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki
keberanian untuk mengakui kesalahannya tanpa harus mengorbankan pihak
lain atau mencari kambing hitam. Lakukan evaluasi dan perbaikilah
kesalahan pada masa-masa yang akan datang. Jika memang kesalahan yang
dilakukannya sangat fatal, baik secara moral, sosial, maupun yuridis
atau justru dia terlalu sering melakukan kesalahan mungkin yang
terbaik adalah adanya kesadaran diri bahwa sesungguhnya dia tidak
cocok dengan tugas dan pekerjaan yang diembannnya, dan itulah pilihan
yang terbaik bagi dirinya dan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar