Nak, inilah aku bapak gurumu
Sungguhpun cuma separuh langkah beda usia kita
namun itu takkan surutkanku
untuk bacakan masa-masa yang pernah kulalui.
Saat aku menatap barisanmu di pagi itu,
aku melihat tenaga-tenaga muda, jiwa-jiwa yang segar,
tunas-tunas kecil yang akan menghidupi masa depan.
Kau datang berseragam putih-merah ke tempatku bersama ayah, ibu atau sanakmu
Banyak tanyamu kala itu, mungkin juga ada ragu..
Inikah?
Beginikah?
Apakah?
Mungkinkah?
Mataku berbinar menatapmu,
sambil disertai debaran jantung di dada, aku berujar,
‘Tuhan, mampukan aku mengasah mereka dengan benar, dengan lembut.
Sabarkan hatiku, teguhkan imanku..
Tuhan, aku manusia lemah, tolong aku,
agar disaat aku bersikap atau berkata keras pada mereka,
jangan sampai hati mereka menjadi gentar, hilang keinginan untuk maju.
Beri mereka pengertian, keterbukaan untuk menerima teguranku,
sebab semua itu harus kulakukan walau kepiluan mendera”
Nak,
Tak jarang aku berulang kali bicara tentang masa depan untukmu…
Aku memang bukan ayahmu, atau ibumu..
Tidak akan lama aku mewarnai hari-harimu,
setelah itu kau akan pergi sebab usia pertemuan kita tidaklah abadi.
Tak pernah aku bermaksud merubahmu, hanya mengarahkan, menemani,
menuntun dan membimbingmu…
Aku berdiri dimuka ruangan itu, menatapmu satu per satu..
Mengarahkan pandangan ke wajahmu..
Melihat tatapanmu saat soal demi soal kau baca…
Aku melihat beragam raut kau tunjukkan, optimis, bingung, sedih…
Berkali bola matamu berputar, mencari sejumlah kata atau angka di otakmu.. taukah kau?
Kembali hatiku berdebar, aku kembali berujar,
”Tuhan, aku menyayangi mereka!
Aku mau mereka tumbuh, besar, hebat, sukses.
Menjadi seperti yang mereka mau!
Lebih dari aku!”
sejenak kau ketuk-ketukkan alat tulismu,
bingung sekali tampaknya engkau..
Tersirat lirikan yang takkan pernah ingin kulihat lagi seumur hidupku..
Tampak ragu, lugu, kadang acuh..
Hatiku berkata sembari mengerling,,
”jangan lakukan!
Jangan pernah..!”
terbisik dihatiku,
”jangan membuatku melakukan hal yang tak pernah ingin aku lakukan..!”
Ah, kau melakukannya..
Lagi dan lagi dan lagi..
Hingga akhirnya tatapan sinis terbentuk, seraut wajah ‘kejam’ mengemuka..
Nak, percayalah, aku tidak pernah ingin melakukan itu..
Demi kebaikanmu, masa depanmu aku melakukannya..
Aku menegurmu, berkata keras terhadap apa yang kau perbuat..
Aku sedih, aku takut, sebersit marahpun hadir…
Camkanlah nak..
”Pembiaran terhadap pelanggaran adalah pembodohan generasi,
tapi peraturan yang ditegakkan menyelamatkan banyak orang!”
Jadi takkan pernah kubiarkan engkau berlaku salah dan berulang melakukannya!
Aku tau, mungkin karena ini kau akan benci kepadaku,
kau akan mencemoohku,
enggan terhadapku..
Percayalah,
biar aku di benci tapi kau jadi pribadi yang lebih baik!
Kalau tidak ada yang akan memainkan peranan itu,
aku yang akan memainkannya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar